Wednesday, March 3, 2021

Sampah

 Sampah

Apa itu sampah? 

Moerdjoko (2002) mendefinisikan sampah adalah  bahan yang tidak berguna, tidak digunakan atau bahan yang terbuang sebagai sisa dari suatu proses. Sampah dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. 

Sampah organik bersifat degradable adalah jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik (berasal dari sisa tumbuhan, hewan, atau kotoran) sampah ini mudah diuraikan oleh jasad hidup khususnya mikroorganisme. Sisa sayuran, daun kering, kulit buah, merupakan contoh sampah organik. 

Sampah anorganik bersifat non degradable  adalah jenis sampah yang tersusun oleh senyawa anorganik  sampah ini sangat sulit untuk diuraikan oleh jasad renik. Plastik, botol, logam benda-benda yang termasuk kedalam sampah anorganik. 

Mengapa Sampah?

Sampah masih menjadi masalah bagi Indonesia dan dunia, terutama di berbagai kota besar.  Sampah yang dihasilkan manusia setiap hari baik organik maupun anorganik sama-sama menyumbang masalah yang dapat merugikan kehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan lingkungan. Jika dibiarkan terus menerus maka akan semakin buruk akibat yang ditimbulkan. 

Sebagai contoh provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia setiap hari mampu menghasilkan sampah 6000 ton. Jumlah tersebut sebanyak 65 % merupakan sampah organik. Sampah-sampah tersebut dihasilkan dari rumah tangga maupun pasar dan tempat lainnya. Sebanyak 1400 ton sampah berasal dari sejumlah pasar di ibukota, dan sebesar 95 % dari sampah tersebut merupakan sampah organik. Ini baru satu kota, bagaimana dengan kota lain? 

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya membakar sampah baik itu disekitar halaman rumah, bagi yang memiliki pekarangan luas. Sedangkan masyarakat di daerah perkotaan, yang tidak memiliki pekarangan biasanya sampah diambil petugas kebersihan, selanjutnya di buang di tempat pembuangan sampah akhir. Ada pula yang membuang ke sungai atau lahan kosong milik orang lain.  Lebih ekstrim lagi  pembakaran sampah dalam skala yang lebih besar yaitu membakar sampah untuk membuka lahan menyebabkan banyak sekali kerugian baik  masyarakat, pemerintah, dan lingkungan (hewan, tumbuhan). 

Who dan Where?

Siapa yang menghasilkan sampah? Manusia. Ya manusia. Manusia menghasilkan sampah setiap hari. Manusia bisa menghasilkan sampah dari  rumah tangga, pasar, gedung perkantoran, pabrik, tempat wisata dan lain sebagainya. Dampak buruk sampah dapat dirasakan tidak hanya oleh manusia, tetapi hewan dan tumbuhan. 

How?

So, bagaimana solusinya? dikelola!

Sampah organik dan anorganik bila dikelola dengan baik, akan dapat mengurangi dampak negatif. Sampah dapat diolah menjadi barang bermanfaat. 

Sampah organik bisa diolah menjadi produk yang bermanfaat. Misalnya menjadi pupuk cair, kompos, eco enzym, pakan ternak (magot), bahan bakar biodiesel atau biogas. 

Sampah anorganik dapat diolah menjadi eco brick, produk kerajinan (craft ; tas, dll.), batako, dan lain sebagainya.

Pengelolaan sampah bisa di mulai dari rumah, dengan memilah antara sampah organik dan anorganik. Kemudian di olah menjadi produk yang bermanfaat. Pilih saja salah satu atau dua produk yang paling bisa dilakukan, oleh setiap anggota keluarga. Misalnya menyediakan drum pengolahan sampah organik yang menghasilakn pupuk organik cair dan pupuk kompos. Kulit buah bisa diolah menjadi eco enzym, dll. 

Kegiatan pengolahan sampah juga dapat menjadi sarana edukasi bagi anak-anak, calon penerus bangsa agar memiliki pengetahuan, kesadaran akan pentingnya menjaga bumi, dan lingkungan. Diharapkan dengan demikian anak-anak di masa depan menjadi generasi yang  sadar, dan peduli lingkungan. Peduli lingkunagn itu tidak hanya peduli kepada diri sendiri saja, tetapi peduli kepada orang lain, dan makhluk hidup lain (hewan dan tumbuhan). 

Pengolahan sampah dalam sekala yang lebih besar bisa dilakukan secara berkelompok, atau perusahaan yang konsen mengolah sampah. Sekarang sudah tumbuh berbagai gerakan sadar kelola sampah diberbagai daerah, kota maupun desa. Lahirlah desa tanpa sampah, bank sampah, margalarva, desa hijau dan lain-lain. 

Merubah perilaku memang tidak mudah, namun gerakan peduli lingkungan dengan mengolah sampah semakin meningkat jumlahnya. Ini tentu kabar yang sangat menggembirakan. 

Dampak Negatif sampah

Sampah yang menumpuk di TPA tempat pembuangan akhir, dapat menimbulkan gas metana. Gas metana ini dapat menyebabkan suhu bumi semakin panas, sehingga es/ gletser di kutub utara dan selatan mencair. Bila itu terjadi terus menerus sangat berbahaya, dapat membanjiri tempat lain, bahkan  menenggelamkan pulau-pulau. 

Suhu bumi yang semakin panas, juga berakibat buruk bagi hewan, terbukti beberapa spesies hewan kini musnah. Bencana kekeringan, perubahan iklim yang tidak menentu, banjir, tanah longsor dll.

Sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk dapat diurai. Juga mencemari perairan laut, sungai yang dapat merugikan makhluk hidup. 

Penutup

 Jika sampah dikelola bukan berarti  masalah kerusakan lingkungan dan dampak buruk lain akan berhenti. Namun setidaknya dapat berperan dalam upaya mengurangi kerusakan lingkungan. Manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Manusia dapat memilih peran apa saja didunia ini, namun yang terpenting  tidak turut menyumbang peran dalam menambah kerusakan lingkungan, tidak menyelesaikan setidaknya berperan dalam mengurangi kerusakan lingkungan. 

Persoalan sampah ini sudah sangat mendesak untuk mendapatkan solusi. Dibutuhkan peran semua pihak baik masyarakat, pemerintah dan pihak lainnya. Setidaknya dapat dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil dan mulai dari sekarang. Di mulai sekala kecil rumah tangga...jika setiap rumah tangga mengolah sampahnya, betapa besar dampak baik bagi lingkungan. 

Hindari buang sampah sembarangan, ternyata tidak cukup, pilah sampah dari rumahmu. Namun, belum cukup juga, karena setelah dipilah dan diangkut oelh petugas kebersihan komplek perumahan misalnya, akan dicampur lagi..hehe. jadi bagaimana? dipilah, dipilih, kemudian diolah menjadi barang bermanfaat. 

Butuh niat, kerja keras dan konsistensi.


No comments:

Post a Comment